Kamis, 07 Mei 2015

Sejarah FC Barcelona

Fútbol Club Barcelona, juga dikenal sebagai Barcelona atau Barça, adalah klub sepak bola profesional yang berbasis diBarcelona, Katalonia, Spanyol.

Didirikan pada tahun 1899 oleh sekelompok Swiss, Inggris dan Catalan, pemain yang dipimpin oleh Joan Gamper, klub telah menjadi simbol budaya Catalan dan Catalanism, maka motto "Més que un club" (Lebih dari klub). Tidak seperti banyak klub sepak bola lainnya, para pendukung memiliki dan mengoperasikan Barcelona. Ini adalah klub sepakbola kedua terkaya di dunia dalam hal pendapatan, dengan omset tahunan sebesar $ 613.000.000 dan ketiga yang paling berharga, senilai $ 2,6 miliar. lagu kebangsaan resmi Barcelona adalah "Cant del Barça", yang ditulis oleh Jaume Picas dan Josep Maria Espinas.

Klub ini masuk menjadi peserta Primera División (Divisi Utama) sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid danAthletic Bilbao menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua). Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali. Dengan persembahan 21 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 10 gelar Piala Super Spanyol, 4 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala UEFA, 4 gelar Piala Super Eropa, FC Barcelona menjadi salah satu tim tersukses di SpanyolEropa, dan dunia. Bukti paling nyata ketika pada tahun 2009 FC Barcelona berhasil menjadi klub Spanyol pertama yang berhasil meraih gelar Treble (juara La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions). Dilanjutkan dengan raihan gelar Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa dan FIFA Club World Cup untuk melengkapi raihan gelarnya menjadi Sextuples. Barcelona merupakan klub sepak bola pertama di dunia yang melakukan raihan ini. Fans Barca juga sering dipanggil Culés.

Barcelona adalah salah satu tim yang paling didukung di dunia, dan memiliki fanbase terbesar di antara semua tim olahraga besar di semua jaringan sosial (dengan lebih dari 47 juta fans di Facebook, sekitar 10 juta pengikut di Twitter, dan lebih dari 6 juta di Google+). Pemain Barca ini telah memenangkan catatan jumlah penghargaan Ballon d'Or (10), serta catatan jumlah penghargaan FIFA World Player of the Year (7). Pada tahun 2010, klub membuat sejarah ketika tiga pemain yang datang melalui akademi nya (MessiIniesta & Xavi) terpilih sebagai tiga pemain terbaik di dunia, setelah mengantongi tempat teratas di FIFA Ballon d'Or, prestasi belum pernah terjadi sebelumnya untuk pemain dari sekolah sepak bola yang sama.

NU bisa bubar

Bagaimanakah Sejarah Blangkon?


Di tahun 2015 ini masih ada yang tidak tahu blangkon? Lho, katanya cinta budaya dan tradisi Indonesia, masa tidak tahu blangkon? Padahal, belakangan ini saya lihat sudah semakin banyak yang menjual dan memakai blangkon lho di Indonesia ini. Lantas, buat yang sudah memakainya, tahukah kalian sejarah blangkon?

Mengulas sejarah blangkon tentu saja akan terlalu panjang untuk dijabarkan di tulisan saya ini. Saya akan mencoba meringkasnya sehingga lebih mudah dimengerti bersama-sama. Di masyarakat Jawa, khususnya di zaman dahulu, ada legenda tentang Aji Saka. Anda tahu tentang cerita legenda ini?

Benar, di legenda inilah konon keberadaan blangkon mulai disebut-sebut. Lebih tepatnya saat Aji Saka menggelar sejenis kain ikat kepala yang kemampuannya dapat menutup seluruh tanah Jawa! Dengan kain itulah ia berhasil mengalahkan sang raksasa penguasa tanah Jawa, Dewata Cengkar. Memang masih belum jelas apakah ikat kepala yang dimaksud adalah blangkon atau bukan tapi yang jelas pada masa ini pria Jawa sudah mulai memakai ikat kepala yang bisa diperkirakan menjadi asal mula blangkon.

Lantas, bagaimana dengan yang mengatakan bahwa blangkon juga dipengaruhi budaya lain? Beberapa teori dan sejarah mencatat bahwa memang ada sejumlah pengaruh dari budaya Hindu dan Islam yang diserap oleh orang Jawa dalam pemakaian blangkon. Mereka mendapatkannya dari pedagang Gujarat yang kerap menggunakan sorban. Kemudian, kebiasaan memakai kain panjang dan lebar di kepala ini pun mulai diterapkan oleh masyarakat Jawa.

Ada pula teori lain yang mengatakan bahwa blangkon diciptakan berkaitan dengan krisis ekonomi di zaman dahulu. Saat itu para petinggi keraton lantas meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang hanya menggunakan separuh panjang kain dari biasanya. Karena saat itu kain termasuk sulit didapatkan. Sebelumnya memang para leluhur kita gemar menggunakan sorban yang kompleks dan membutuhkan kain yang cukup panjang.

Dulu, seniman adalah sosok yang dipercaya untuk membuat blangkon, dengan memperhatikan pakem-pakem yang berlaku tentunya. Semakin pakem tersebut dipenuhi, maka semakin tinggi nilai blangkon tersebut. Selain dari pemenuhan pakem tersebut, penilaian blangkon juga bergantung pada sejauh mana seseorang memiliki standar cita rasa dan pemahaman akan etika sosial. Di sinilah lantas muncul teori bahwa pakem yang berlaku untuk blangkon, tidak hanya harus dipenuhi oleh para pembuatnya, namun juga para pemakainya.

Bentuk blangkon pun bermacam-macam. Ada yang disebut bergaya Yogyakarta dengan tonjolan di bagian belakangnya, ada juga yang dibilang bergaya Surakarta dan biasa disebut sebagai blangkon model trepes. Selain suku Jawa, ada suku-suku lain di Indonesia yang juga menggunakan ikat kepala yang menyerupai blangkon. Misalnya suku Sunda, Madura, Bali, dan lain-lain. Namun tentu saja pakem dan bentuk ikatnya berbeda-beda.

Memang pada akhirnya, tidak ada yang tahu pasti, atau tidak ada yang berani memastikan asal mula para pria Jawa memakai tutup kepala seperti itu. Namun itu bukan berarti menghalangi kita untuk mencintai dan dengan bangga memakai pakaian tradisional Indonesia.

Biografi Singkat Pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari

Sejarah Berdirinya NU

Taukah Asal Usul Tongsis Yang Sering Kita Pakai Untuk Selfie?

Pernahkah teman-teman semua melakukan Selfie? Tentu jawabannya pernah Karena di zaman Gadget sekarang ini hal seperti ini bukanlah kebiasaan yang asing lagi, melainkan sebagai hal yang yang lumrah, malah sebagian kita ada yang menjadikannya sebagai hobby. Ketika ber-selfie ria, tentunya tidak akan terlepas dengan yang namanya Tongsis atau Tongkat Narsis. Terus, tahukah kita dari mana asal mula tongsis ini?

Hasil penelusuran di dunia maya, awal mula dibuatnya alat ini saat sang empunya ide melakukan kunjungan ke Thailand. Jika berwisata ke salah satu kota di Thailand para turis merasa kesulitan saat hendak merekam moment-moment saat berada di salah satu tempat wisata.

Konon masalah bahasa juga menjadi kendala saat para turis melakukan kunjungan ke negeri gajah putih tersebut. Sebagian masyarakat Thailand kurang fasih memakai bahasa asing membuat para turis memutar otak cara untuk mendapatkan rekaman foto usai melakukan kunjungan wisata.

Kemudian muncullah ide untuk membuat alat berbentuk tongkat yang bisa dipanjangkan hingga satu meter dengan di ujung tongkat terdapat tempat untuk menaruh ponsel atau perangkat portabel lainnya. Tentunya para penggila foto kamera saku sedikit lega dengan kedatangan alat yang bisa menopang aksi narsisnya tersebut. Sebab alat ini biasanya digunakan untuk pengguna yang ingin mengambil foto dalam posisi wide yang lebih luas karena keterbatasan perangkat mobile.

Begitu kiranya sejarah awal mula tongsis, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kita semua dan kita tidak hanya menggunakan saja tapi tau awal mula keberadaannya.

Source: http://www.merdeka.com

Rabu, 06 Mei 2015

Ada Apa dengan NU dan PKI?

Berbicara mengenai sejarah pada awal kemerdekaan bangsa ini cukuplah menarik untuk dibahas. Karena memang pada saat itu usia Indonesia masih belum bisa dikatakan tua. Sebagaimana anak kecil yang masih labil, cekcok satu sama lain bukan hal yang aneh lagi. Termasuk yang terjadi pada negara kita pada saat itu, pemberontakan dan pergolakan terjadi di berbagai daerah. Hal itu dilandasi oleh berbagai motif dan dilakukan oleh berbagai kelompok atau golongan.

Selanjutnya, salah satu contoh benturan yang terjadi pada saat itu adalah benturan yang terjadi antara NU dan PKI pada pemilu pertama yang dilaksanakan pada tahun 1955. Sebelum itu pun NU sudah tidak menghendaki adanya PKI yang dianggap akan mengganggu stabilitas Negara sebagai kesatuan yang berlandaskan pancasila.

Berikut hal-hal ringkas yang menjadi perbedaan antara NU dan PKI yang dikutip dari Buku "Benturan NU-PKI" karya A. Mun'im DZ, tentang ini perlu kita ketahui sebagai warga Nahdliyiin dan bangsa Indonesia:

A. Perbedaan Epistemologi dan Ideologi
Sudah menjadi keyakina kita semua bahwa Islam merupakan agama yang berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mempercayai adanya alam ghaib dan adanya kehidupan setelah mati. Hal ini berbeda dengan Komunisme yang semata-mata berpijak pada filsafat materialisme yang menganggap bahwa realitas hanya satu yaitu benda (materi). Nah, disitu tidak ada hal yang diluar materi. Sedangkan Tuhan yang Imateri dianggap tidak ada, maka dari itu Komunisme sangat identik dengan ateisme yang menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan ideologi NU dan tentunya Islam sendiri.

B. Perbedaan Kultur
Telah kita ketahui, paham Komunis dan Liberalis merupakan paham yang berawal dari bangsa Barat. Kemudian selanjutnya, mereka melakukan pergerakan ke negara timur untuk menyebarluaskan paham mereka, termasuk Indonesia. Salah satu caranya dilakukan ketika Belanda menjajah Indonesia, dengan cara mendirikan sekolah-sekolah sehingga mereka bisa dengan mudah melakukan pengajaran-pengajaran ideologi mereka disana. Para Kyai melihat semua itu sangat bertentangan dengan budaya dan paham yang berkembang di Indonesia, yakni bersifat kekeluargaan dan komunalistik. Maka, dalam barisan NU kyai pesantren secara lantang dan berani menghadapi Komunisme dan Kolonialisme tidak hanya dengan sistematis tetapi sangat konseptual.

C. Perbedaan Politik
Perbedaan NU dan PKI dalam politik semakin mencolok, kalau NU lebih mengutamakan harmoni dan kesejahteraan umat baik secara lahir maupun batin. Sebaliknya dengan PKI, mereka lebih membangun sistem politik yang kontradiktif dan konfrontatif di tengah masyarakat Nusantara yang harmoni.

Perbedaan-perbedaan tersebut memang bisa kita akui, namun jangan sampai karena perbedaan tersebut kita selaku bangsa Indonesia yang sama-sama tinggal di tanah air ini menuai kebencian satu sama lain, biarlah perbedaan tersebut ada dan perlu diingat bahwa pada akhirnya hanyalah yang hak yang akan senantiasa eksis.